Kamis, 07 Januari 2016

`Semar` Ternyata Merupakan Ciptaan Sunan Kalijaga Untuk Media Dakwah

Anda penggemar dunia pewayangan tentu sudah mengenal nama-nama tokoh seperti Semar, Gareng, Bagong dan Petruk. Empat tokoh jenaka ini kerap muncul dalam cerita pewayangan nusantara.


Kisah keempat karakter yang lebih dikenal dengan nama punakawan itu bahkan pernah diangkat ke layar kaca sebagai sajian komedi pada tahun 1980 hingga 1990-an.

Namun mungkin tak banyak yang tahu jika empat karakter jenaka dalam pewayangan ini merupakan ciptaan Sunan Kalijaga yang awalnya digunakan sebagai sebuah metode dakwah dalam menyebarkan Islam.

Penggubahan wayang yang dipelopori oleh Sunan Kalijaga itu terjadi kira-kira tahun 1443 M. Para Walisongo bahkan menciptakan gamelannya.


Untuk memainkan wayang dan gamelannya itu para Wali Songo mengarang cerita yang bernapaskan nila-nilai keislaman.

Adapun pelaku cerita dalam pewayangan yang terkenal hingga saat ini adalah cerita tentang Punakawan Pandawa (empat tokoh jenaka pengiring Ksatria Pandawa Lima) terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.


Keempat pelaku yang dimunculkan para Wali Songo ini mengandung falsafah yang amat dalam, di antaranya sebagai berikut:

1. Semar, dari bahasa Arab "Simaar" yang artinya 'Paku' Perlambang bahwa kebenaran agama Islam adalah kokoh, sejahtera bagaikan kokohnya paku yang tertancap yakni Simaaruddunya.

2. Gareng, dari bahasa Arab "Naala Qoriin" (diucapkan lidah Jawa: nala gareng), yang artinya memperoleh banyak kawan,

3. Petruk, dari bahasa Arab "Fatruk" yang artinya tinggalkan

Diambil dari kalimat FATRUK KULLU MA SIWALLAHI yaitu tinggalkanlah segala yang selain Allah.

4. Bagong, dari bahsa Arab "Bagha" yang artinya lacut atau berontak, yaitu memberontak terhadap sesuatu yang zalim.

Kadang muncul juga tokoh 'Togog' yang dimunculkan dari kata 'Thogut' (Iblis)

Dalam pergelaran wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu keluar pada waktu yang tak bersamaan. Biasanya, tokoh Semar yang dimunculkan pertama kali, baru kemudian diikuti Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong. Secara tak langsung urutan tersebut menunjukkan ajakan (dakwah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan kepercayaan-kepercayaan lain menuju ajaran Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar