Minggu, 17 Januari 2016

Kisah Qabil Dan Habil Dan Putra- Putri Kembar Adam Dan Hawa

     Seiring bergulirnya waktu. Pada tahun pertama sejak mereka dipertemukan Hawa melahirkan sepasang anak kembar, lelaki dan perempuan. Si lelaki dinamakan Qabil, dan yang perempuan dinamakan Iqlima.

     Tahun berikutnya lahir lagi sepasang anak kembar, yaitu Habil dan Labuda. Nabi Adam dan Hawa berharap dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang berkembang biak mengisi bumi Allah.

     Dengan penuh rasa kasih sayang, Adam dan Hawa merawat anak-anak mereka. Keempat anak mereka tumbuh dengan cepat. Nabi Adam dan Hawa tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang diantara mereka. Yang perempuan dididik sesuai dengan kodrat wanita yakni menolong ibunya dan mengurus rumah tangga dan melakukan hal-hal yang menjadi tugas wanita. Sedangkan yang laki-laki mencari nafkah sesuai dengan bakat masing-masing. Qabil berusaha di bidang pertanian, Habil berusaha di bidang peternakan.


     Menjelang usia dewasa, Allah memberi petunjuk kepada Nabi Adam agar mengawinkan putra-putrinya. Qabil dikawinkan dengan adik Habil yang bernama Labuda. Sedang Habil dikawinkan dengan adik Qabil yang bernama Iqlima. Inilah syariat yang telah ditentukan Allah. Cara ini disampaikan Nabi Adam kepada putra-putrinya. Namun Qabil menolaknya mentah-mentah. Ia tidak mau dikawinkan dengan Labuda yang berwajah jelek, tidak secantik adiknya sendiri yaitu Iqlima.

     Ternyata Qabil telah termakan rayu dan bujukan Iblis, dia lebih mengikuti hawa nafsu daripada akalnya. Dia tidak mau menerima syariat yang ditetapkan Nabi Adam.

     Sebagai ayah yang adil dan bijaksana, Nabi Adam terus menasihati Qabil agar mau menerima keputusan yang berasal dari Allah, tetapi Qabil tetap menolak. Akhirnya Adam memerintahkan kepada Qabil dan Habil mempersembahkan qurban. Biarlah Allah sendiri yang akan menentukan masalah itu.


     Maka dengan disaksikan seluruh anggota keluarga Adam, Qabil dan Habil mempersembahkan qurban di atas bukit. Qabil mempersembahkan hasil pertaniannya. Ia sengaja memilih hasil gandum dari jenis yang jelek. Sedang Habil mempersembahkan seekor kambing terbaik dan yang paling ia sayangi.

     Mereka menyaksikan dari kejauhan dengan hati berdebar. Tak lama kemudian nampak api besar menyambar kambing persembahan Habil. Sedangkan gandum persembahan Qabil tetap utuh, berarti qurbannya tidak diterima.

     Melihat kenyataan yang demikian, Qabil merasa sangat kecewa. Dengan terpaksa dia menerima keputusan itu. Padahal hatinya tidak mau menerimanya. Maka berlangsunglah perkawinan itu. Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

     Hari-haripun berlalu. Iblis datang masuki pikiran Qabil. Ia membisikan sesuatu. Bahwa jika Qabil dapat membunuh Habil pasti ia akan dapat mengawini Iqlima yang cantik jelita. Hal ini terus menerus dilakukan oleh Iblis tanpa jemu dan bosan. Pada dasarnya nafsu Qabil memang ingin memiliki Iqlima, maka iapun menuruti bisikan Iblis tersebut.

     Pada suatu hari, ketika Habil menggembalakan ternaknya di tempat yang sepi. Jauh dari pemukiman Nabi Adam dan Hawa, tiba-tiba tanpa setahu Habil saudaranya itu memukul kepalanya dengan keras sekali. Maka matilah Habil. Inilah pembunuhan pertama atas umat manusia di bumi. Iblis tertawa kegirangan, sebab ia sudah mempunyai teman.

     Setelah Habil mati, Qabil merasa kebingungan. Diguncang-guncangkan tubuh saudaranya itu, tentu saja tak mau bergerak. Lalu ia bawa kesana kemari. Ia benar-benar kacau, tak tahu harus dikemanakan mayat saudaranya itu. Air matanya berlinangan, ada rasa penyesalan dihatinya.


     Ketika Qabil kebingungan, Allah memberikan ilham melalui burung gagak. Ada dua ekor burung gagak yang berebut hendak mematuk mayat Habil. Burung gagak itu bertarung. Salah seekor tewas dalam pertarungan itu. Lalu burung gagak yang masih hidup menggali tanah. Burung gagak yang mati ditarik ke dalam tanah dan ditimbunnya.

     Melihat kejadian itu, Qabil akhirnya meniru perbuatan burung gagak tersebut. Ia menggali tanah dan menguburkan mayat saudaranya itu. Namun setelah selesai menguburkan mayat saudaranya, ia tetap merasa gelisah. Apa yang harus dikatakannya kepada ayahnya, yakni Nabi Adam.

    Qabil tidak berani pulang. Hatinya penuh dengan rasa takut dan bersalah. Lebih-lebih pada waktu ia melihat ayahnya dari atas bukit datang menghampiri. Qabil semakin panik. Ia melarikan diri, masuk ke dalam hutan, mendaki gunung dan menuruni jurang.

     Nabi Adam dan Hawa merasa sedih atas kejadian itu. Sebab beliau itu hanyalah manusia biasa yang mempunyai hati dan perasaan. Beliau pasrah kepada Allah dan menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya. Ia memohon untuk diri dan keluarganya agar dikaruniai kesabaran dan keteguhan iman. Serta bertaubat, beristighfar memohon ampunan dari Allah SWT.

     Selama beberapa tahun Ibu Hawa melahirkan putra-putri kembar. Sehingga anak turunannya demikian banyak. Maka berkembanglah anak manusia keturunan Nabi Adam.

Bersambung ke: KISAH NABI IDRIS AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar